Perkembangan kaligrafi di kabupaten berau terus menampakkan hasil. kompetisi semakin kian ketat dari tahun ke tahun. meskipun kadang perlu disadari bahwa jika kondisi ini ingin tetap bertahan maka perlu mendapatkan pembinaan yang kontinu. Pembinaan itu sendiri tidak bisa dengan berharap pada sebuah lembaga pembinaan, akan tetapi binalah diri anda sendiri dalam setiap harinya untuk menulis, minimal menjiplak karya, sehingga kalian menjadi kaligrafer yang kreatif.
Lembaga Kaligrafi At-Tajdid berusaha menjadi inspirator bagi pada khattat dan khattatah agar selalu berkarya dan menuangkan ide kretif para kaligrafer di tanah air meskipun saat ini hanya melalui media jaringan sosial seperti FB, atau melalui blog dengan segala keterbatasan yang dimiliki. Memang sangat melelahkan, tapi berkat pesan dan kekuatan moril yang telah tertanam melalui bapak kaligrafer dunia yang bernama Drs. Didin Sirajuddin, AR, M.Ag, maka bambang winaryadi bersama kawan-kawan tidak pernah bosan untuk mengingatkan kaligrafer muda untuk terus dan terus berkaya, tidak bosan dengan hasil yang saat ini sudah mereka capai.
Teruslah berlatih, MTQ jangan dijadikan ajang cari popularitas, karena sesungguhnya jika perasaan itu tertanam di dalam hati kaligrafer muda saat ini, saya khawatir akan justru membuat kalian lupa diri.Tetaplah rendah hati dan saling berbagi antar sesama.
Monday, 9 April 2012
Berkarya melalui kaligrafi Islam
Posted by Bambang Winaryadi, S.Ag. S.Pd
Sunday, 11 April 2010
Hasil MTQ Cabang Dekorasi 2010
Posted by Bambang Winaryadi, S.Ag. S.PdLabels: Karya MKQ cab. Dekorasi 2010
Saturday, 8 August 2009
Color Theory and Art Movements
Posted by Bambang Winaryadi, S.Ag. S.PdBy Murtaza Habib Color is more often than not part of a drawing, painting or a picture. There are no standard or fixed rules on how to apply color theory. Monet and Matisse are artists that used colors well. Their paintings remain to be one of the most visited pieces in art galleries and museums. Artists use color in different ways. Some use color as an alternative method in contrast to the geometric perspective system in art. Unlike lines, colors can easily evoke emotions, and it allows people to be more responsive to the picture. For some, their theory involves creating pictures without using lines and curves. Using colors alone is enough to make a picture and convey a message. Impressionists use color and light to create shapes and images. Impressionists never use black. Instead, for making shadows or darker portions of the painting, colors are mixed and contrasted to create the effect of shadows. Impressionists saw life as beautiful and joyful. Paintings were created by brush strokes and colors that delineate shapes. Painting took a long time than looking at the painting. Georges Seurat executed the color theory in another way. He did pointillism. The picture was made up of millions of dots of different colors. When one would take a close look at the painting, all one can see are colored dots but once one would take a few steps back, an image would be formed. For him, the human eyes fill in the gaps in the image. The brain mixes these colors and is 'tricked' into creating an image. Cubism shows an object in more than two perspective or different angles of the same object can be seen in one picture. Cubist artists in the analytical branch of cubism minimized their use of color and concentrated on lines and geometry. Synthetic cubism involves a more interesting execution of the colors. A lot of color was used by artists like Juan Gris, Picasso and Braque. There is an interesting mix between geometry and unusual use of colors. With synthetic cubism, it's difficult to reconstruct pictures. Van Gogh and Edvard Munch creations are all parts of the expressionist movement. Unlike impressionists, the expressionists' color theory involved shadows, shade, darkness and night. Alienation and nightmares were a common theme. Their paintings show the darker side of life and an individuals feeling of fear and loneliness. Art movements use different techniques and underlying philosophies. A movement in art that took it in a totally different level is surrealism. Everything is distorted. It is different thing that people see in real life, instead, it is most likely to know what something somebody sees in their dreams. Shapes, colors, objects are presented in a different and unusual way. Objects are placed in the picture in the most unusual way and colors do not follow the normal color scheme. Surrealist art looks illogical and impossible. Scenes are unnatural and sometimes bizarre. Theories sometimes touch on the age old debate of do lines separate colors or do colors make the lines? In these different movements, color is used in different ways and sometimes can advocate for one or the other side in the debate. Artists of today will continue to showcase and find different ways of executing color theory. To take a look at more articles just like this one, click here: Fabric Painting You will be taken to the registration page where you give your name and email address and you receive every 4 articles on canvas, oil, watercolor painting and pencil, cartoon drawing. 'Murtaza Habib' has helped hundreds of newbies to start their painting courses, now you can do it too...
Ragam Gaya, Kaidah Goresan, dan Kriteria (bagian 1)
Posted by Bambang Winaryadi, S.Ag. S.PdMenurut Ibnu Muqlah, dikutip dari buku ‘Seni Kaligrafi Islam’ karangan Drs. H.D. Sirojuddin AR M.Ag, bahwa bentuk kaligrafi al-Quran barulah dianggap benar jika memenuhi lima kriteria sebagai berikut:
1. Tawfiyah (tepat), yaitu huruf harus mendapatkan usapan goresan sesuai dengan bagiannya secara utuh, baik lengkungan, kejuran, dan bengkokan.
2. Itmam (tuntas), yaitu setiap huruf harus diberikan ukuran yang utuh, baik panjang, pendek, tebal dan tipis.
3. Ikmal (sempurna), yaitu setiap usapan goresan harus sesuai dengan kecantikan bentuk yang wajar, baik gaya tegak, terlentang, memutar dan melengkung.
4. Isyba’ (padat), yaitu setiap usapan goresan harus mendapat sentuhan pas dari mata pena (nib pen) sehingga terbentuk keserasian. Dengan demikian tidak akan terjadi ketimpangan, satu bagian tampak terlalu tipis atau kelewat tebal dari bagian lainnya, kecuali pada wilayah-wilayah sentuhan yang menghendaki demikian.
5. Irsal (lancar),yaitu menggoreskan kalam secara cepat dan tepat, tidak tersandung atau tertahan sehingga menyusahkan, atau mogok di pertengahan goresan sehingga menimbulkan getaran tangan yang pada akhirnya merusak tulisan yang sedang digoreskan.
Lebih lanjut, Ibnu Muqlah merumuskan semua potongan huruf dalam standar huruf alif yang digoreskan dalam bentuk vertikal, dengan ukuran sejumlah khusus titik belah ketupat yang ditemuka mulai dari atas hingga kebawah (‘amadiyyan, vertex to vertex), dan jumlah titik tersebut pusparagam sesuai dengan bentuknya, dari lima sampai tujuh titik. Standar lingkaran memiliki radius atau jarak yang sama dengan alif. Kedua standar alif dan lingkaran terebut digunakan juga sebagai dasar bentuk pengukuran atau geometri. Inilah yang disebut dengan rumusan atau kaligrafi berstandar (al-khat al-mansub) sesuai dengan kaidah yang baku dan menjadi standarisasi pedoman penulisan kaligrafi murni.
Penguasaan atas rumusan ini butuh waktu adaptasi yang cukup lama. Oleh karenanya, ketekunan untuk selalu coba dan mencoba walau kesalahan kerap kali ditemukan merupakan dinamika penguasaan khat. Usaha ini harus terus dilakukan sehingga bisa teradaptasi langsung, baik bayangan bentuk rumus, bentuk huruf, titik, skala garis, dan sebagainya. Coba perhatikan gambar berikut ini.
Adapun tata letak yang baik (husn al-wad’i), menurut Ibnu Muqlah menghendaki perbaikan empat hal, antara lain: 1. Tarsîf (rapat dan teratur), yaitu tepatnya sambungan satu huruf dengan yang lainnya. Coba perhatikan contoh berikut ini
Wednesday, 5 August 2009
Seniman kaligrafi Terakhir
Posted by Bambang Winaryadi, S.Ag. S.Pda Novel by Yasmine Ghata, reviewed by Yusuf Firdaus
Labels: Seniman kaligrafi Terakhir